TULISAN BERJALAN

SELAMAT DATANG DI BLOG BARU SDN SUKODADI 2 KECAMATAN PAITON

Minggu, 29 Desember 2013

Kisah Seekor Kelelawar

Add caption
Alkisah, ada seekor kelelawar yang tinggal di daerah pedesaan. Saat itu, si kelelawar sedang beristirahat dengan menggelantung terbalik di dahan sebuah pohon. Tiba-tiba, kelelawar itu melihat lima ekor burung terbang makin cepat dan makin tinggi. Burung-burung itu tampak begitu menikmati waktu mereka di siang hari.
Si kelelawar mengikuti kawanan burung itu dan mengetahui kalau ternyata burung-burung itu sedang berkompetisi untuk menentukan siapa yang bisa terbang lebih cepat dan lebih tinggi. Tapi begitu diikuti terus, kawanan burung itu tiba-tiba menghilang dari pandangan. Si kelelawar sangat tertarik untuk bergabung dengan mereka. Maka esok harinya, kelelawar itu menunggu kawanan burung itu di pohon.
Yang dinanti-nanti akhirnya datang di tempat yang sama keesokan harinya. Si kelelawar meminta izin untuk ikut serta dalam kompetisi itu. Kawanan burung itu menolaknya karena mereka menganggap si kelelawar spesies yang buruk dan mereka takut padanya. Tapi, si kelelawar tetap mengikuti mereka dari jauh. Tanpa sepengetahuan mereka, si kelelawar juga mengikuti kompetisi itu. Dalam beberapa menit, kawanan burung itu menghilang. Si kelelawar merasa kesepian dan rendah diri karena merasa dirinya makhluk terburuk di bumi ini. Dia merasa sedih dan memutuskan untuk melatih dirinya terbang dengan jarak jauh.
Si kelelawar mengarungi jarak jauh tanpa tujuan apa pun. Akhirnya, dia putuskan untuk beristirahat di sebuah pohon dan betapa terkejutnya saat melihat kawanan burung juga ada di sana. Si kelelawar menjadi sangat bahagia karena mampu menempuh jarak terbang kawanan burung itu. Si kelelawar bertanya pada mereka, apakah dia bisa ikut berkompetisi? Setelah berdiskusi sejenak, kawanan burung itu akhirnya membolehkan si kelelawar untuk bergabung.
Kawanan burung itu memulai terbangnya dan si kelelawar juga mengikutinya dengan energi penuh. Beberapa menit kemudian, langit menjadi gelap sehingga kawanan burung itu tidak bisa terbang di malam hari. Gerakan mereka mulai melambat dan si kelelawar terbang mendahului mereka karena dia mampu terbang di malam hari dengan menggunakan pantulan suara dan sensor khusus di tubuhnya. Si kelelawar begitu gembira dan terbang lebih cepat.
Setelah menempuh jarak beberapa meter, si kelelawar mengingatkan kawanan burung untuk mengikutinya. Tapi, begitu menoleh, si kelelawar baru menyadari kawanan burung itu sudah menghilang. Si kelelawar berbalik arah dan menemukan mereka di sebuah pohon. Kawanan burung itu memberi tahu kelelawar bahwa jarak yang mereka tempuh saat ini melebihi jarak yang biasanya mereka capai dan sekarang mereka tidak bisa kembali pulang karena mereka tidak mampu terbang di malam hari. Si kelelawar membantu mereka dan memandunya terbang pulang.
Si kelelawar merasa sangat bahagia, dan menceritakan kisahnya pada sesama kelelawar. Tapi, teman-temannya itu malah memberi respons negatif, “Kau ini bodoh, ya. Kau kan bisa saja dengan mudah memenangkan kompetisi itu dan bisa membanggakan spesies kita.” Tapi si kelelawar yang bahagia itu menjawab lagi, “Aku sudah bahagia waktu aku mendapat kepercayaan dari kawanan burung itu, sehingga aku bisa menjadi pesaing mereka. Aku malah lebih bahagia begitu tahu kalau spesies kita punya kemampuan unik. Dan aku paling bahagia ketika kemampuan itu membantuku memandu burung-burung itu kembali pulang. Selain itu, kompetisi konyol seperti ini tidak lagi penting bagiku.”
Memiliki bakat atau kemampuan tertentu adalah sebuah berkah. Menyadari betul bakat yang kita miliki adalah sebuah kesadaran diri. Memanfaatkan bakat itu demi kebaikan orang lain adalah perbuatan mulia. Jangan sampai kita merasa rendah diri. Jika perasaan negatif itu menyergap diri kita, itu pertanda bahwa kita belum mengenali bakat kita. Dan sekalipun kita sudah menemukan bakat terpendam kita, jangan lupa untuk menggunakan bakat itu demi kebaikan sesama.

Kisah Kakek dan Bintang Laut

Diceritakan pada suatu pagi seorang kakek berumur sekitar 65 tahunan berolah raga dengan berjalan kaki menyusuri pinggir pantai nan sejuk. Di tengah jalan ia melihat banyak sekali bintang laut terdampar di pantai akibat air laut surut. Ia khawatir bintang-bintang laut itu akan mati jika terjerang sinar matahari terlalu lama.
Ia berusaha memungut bintang laut sebanyak mungkin, lalu melemparkannya ke perairan laut. Sementara itu ada seorang anak kecil terus mengamati apa yang sedang ia lakukan. Kemudian anak kecil itu bertanya, “Kakek. Apa yang Kakek lakukan?”
“Oh, Kakek sedang membantu bintang-bintang laut ini mencapai perairan, supaya mereka tidak mati,” jawab sang kakek menerangkan.
“Begitu banyak bintang laut di sini. Berapa banyak yang bisa Kakek tolong? Apakah pertolongan Kakek bisa menciptakan perbedaan?” tanya anak kecil itu.
Si kakek hanya tersenyum sambil terus memungut dan melemparkan bintang-bintang laut ke perairan. Sebentar kemudian dia berkata, “Pertolongan itu setidaknya akan membuat perbedaan kepada bintang laut ini!”
Pesan:
Kisah diatas menunjukkan bahwa kepedulian kita senantiasa dibutuhkan dan bermanfaat. Apalagi dalam situasi saat ini, ketika jumlah penduduk miskin semakin bertambah akibat bencana alam yang bertubi-tubi, inflasi, dan yang terbaru kenaikan harga beras. Kepedulian kita sangat dibutuhkan untuk membantu meringankan penderitaan rakyat.
Sejatinya sekecil apapun yang mampu kita berikan secara eksplisit berorientasi kepedulian yang besar kepada masyarakat yang sedang ditimpa kemalangan. Sesederhana apapun bentuk kepedulian kita pasti mendatangkan kebaikan kepada diri kita sendiri maupun orang yang menerima dengan cara yang tidak terduga. Terlebih jika berbagai bentuk kepedulian itu terus menerus dilakukan, maka lambat laun akan tercipta perubahan besar dalam kehidupan kita.
Seandainya masyarakat yang mampu semua peduli kepada kemiskinan dan penderitaan yang menimpa sebagian besar rakyat, pasti terkumpul milyaran rupiah setiap bulan untuk mengerakkan dan meningkatkan ekonomi atau meringankan penderitaan mereka. Seumpama seluruh pejabat dan wakil rakyat mempunyai hati nurani dan peduli terhadap penderitaan rakyat, pasti tak akan ada uang rakyat yang habis diselewengkan untuk kesenangan mereka pribadi.
Kalau saja semua orang terketuk hatinya untuk peduli pada kelestarian alam hutan-hutan di Indonesia dan tidak memikirkan keuntungan diri sendiri semata, pasti bencana alam longsor, banjir dan lain sebagainya dapat dihindari. Setidaknya tak akan jatuh korban lebih banyak dan jumlah masyarakat terbantu akan lebih banyak dibandingkan jika tak ada sedikitpun kepedulian itu. Bukankah begitu besar perbedaan yang terjadi, bila masing-masing diantara kita mempunyai kepedulian?
Jika Anda tersentuh dengan renungan di atas, tolong “share” renungan ini ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada pada cerita di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, terimakasih.

Jumat, 27 Desember 2013

Libur Telah Tiba

Anak - anak SD Negeri Sukodadi 02 pada liburan ke mana yaa ...
Di manapun kalian berada tetap jadi anak baik yaa,,,,
Hormati papa mama .... jaga adiknya .....dan jangan jajan sembarangan .. OK!!!